Kewajiban dalam menuntut ilmu
Landasan jelas dalam Q.S. Al Baqarah: 269
1.
Agama dasar dibantu atas dasar ilmu,
bukan dugaan atau kira-kira. Oleh karena itu, Allah menurunkan ayat pertama
kata ‘iqra = bacalah. Periwayat hadits Bukhari punya buku berjudul Ilmu
harus didahulukan atas amal dan perbuatan (materi Fiqh Prioritas). Ada ahli
kitab yang mengajarkan ilmu bukan berdasarkan ilmu, kecuali dengan dugaan dan
angan-angan mereka. Sekalipun gerakan shalatnya benar namun tidak dilandasi
ilmu sesungguhnya shalatnya tidak diterima. Maka dari itu, wajib untuk banyak
belajar pada sumber primer, wahyu Allah swt. Islam dapat amanah untuk menjadi
khalifah di muka bumi ini. Untuk membangun kekhalifahan juga harus dilandasi
ilmu. Umar bin Khattab berkata: “belajarlah (Ber-tafaqqoh) kalian
sebelum menjadi pemimpin”. Karena tugas
khalifah adalah menjadi pemimpin (antasuru). Pemimpin yang dimaksud
bukan sekedar pemimpin, namun orang yang seharusnya melampaui kebaikan sehingga
dia layak dijadikan sebagai teladan. Oleh karena itu, belajarlah terlebih
dahulu sebelum memberi keteladanan. Kitab at Tibyan fi Adabil Quran (recomended).
Jika kau sudah menjadi pemimpin maka tidak ada waktu lagi untuk banyak belajar.
Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan ditanya atas apa yang
kalian pimpin. Suami, adalah pemimpin bagi keluarga, Istri adalah pemimpin bagi
anak-anaknya, bahkan diri kita sendiri adalah pemimpin atas diri kita. Mumpung
masih di pesantren, jangan biarkan ada waktu luang untuk tidak belajar. Mumpung
masih kuliah, jangan biarkan waktu habis tanpa belajar. Mumpung belum banyak
amanah yang menggantungi kita. Jika para pemimpin kita tidak berilmu, maka
bangunan kita tidak akan kuat.
2.
Masalah yang akan kita hadapi bukan
hanya 1 masalah, maka dari itu kita dianjurkan untuk baca doa “Rabbi zidni
‘ilman war zukni fahman”. Ilham, ilmu
yang diberi Allah tanpa harus belajar. Ini akan didapat bila dia selalu
menjadikan segala objek sebagai llmu. Jika dia menganggap bahwa setiap amanah
yang diemban adalah ilmu, setiap masalah adalah ilmu, setiap peristiwa adalah
ilmu. Tidak ada suatu nikmat yang diberikan Allah kecuali ilmu. Posisikan diri
kita selalu sebagai penuntut ilmu (Thalib). Jika orang memposisikan
dirinya sebagai guru, ia telah merasa cukup atas apa yang telah dimiliki.
3.
Tidak ada jalan ke syurga kecuali melalui
ilmu. Jika kau punya harta, harta itulah yang menjadi objek untuk dihakimi.
Tetapi jika memiliki ilmu, ilmu itulah yang akan menghakimi. Al ‘ilmu nurun
(Ilmu itu cahaya). Cahayakanlah hidupmu
hingga sampai ke surga.
As Syukru ‘ala nikmat
Dari ketiga hal
tersebut di atas. Maka hendaknya mensyukuri nikmat ilmu. Bagaimana caranya?
1.
Dia harus menempatkan ilmu di atas
segala-galanya dan jadi prioritas. 3 pesan yang tidak boleh ditinggalkan dalam
kondisi apapun:
1.
Apapun kondisi mu jangan tinggalkan
belajar. Man ‘amila bima ‘amila bima ‘alima ‘alammahu maa lama ya’lam.
Barangsiapa yang mengamalkan apa yang dia ketahui, maka Allah akan mengajarkan
padanya sesuatu yang belum diketahui. Spesialisasi keilmuan hanya 1 bab dari
ilmu yang wajib kita pelajari. Karena hidup kita tidak hanya mengenai
spesialisasi keilmuan yang kita miliki. Masih ada ilmu lain yang wajib kita
pelajari. Jadilah penuntut ilmu, bukan orang yang merasa sudah berilmu. Orang
yang pintar justru selalu merasa bahwa dirinya tidak berilmu. Hati akan menjadi
bagus karena Ilmu. Sebagaimana bumi akan menjadi bagus karena tanaman.
2.
Apapun yang akan kau lakukan, jangan
tinggalkan untuk menyebarkan ilmu (dakwah), bekal dakwah adalah ilmu (baca Q.S
Yusuf: 108). Jangan kau tinggalkan komunitas yang suka menuntut ilmu, ngaji.
Dalam kitab Ta’alim muta’alim Teruslah menjadi orang yang mendapat ilmu
pengetahuan, setiap waktu terus menambahkan ilmu pengetahuan. Buatlah komunitas
yang senantiasa mendiskusikan ilmu, bukan diskusi gosip, ghibah. Hingga kau lihat
jalan menuju syurga melalui ilmu.
Ilmu ada 2,
Ilmu nafi’ dan ghairu nafi’ (Bermanfaat dan tidak bermanfaat)
Ilmu yang
bermanfaat: Memiliki sikap tawadhu terhadap ilmu. Ada perdebatan antara guru
dan murid. Guru yang tinggal di desadan gaptek. Murid yang sudah
berdakwahhingga internasional, kahlian bahasanya banyak. Siapa yanglebih hebat
antara guru dan murid? Guru. Guru yang hebat adalah guru yang menghasilkan
murid yang lebih hebat dari gurunya. Sikap murid yang baik, sekalipun pernah
disakiti oleh gurunya, tidak pernah merasa sakit. Jangan pernah samakan antara guru yang mengajarkan kita
halal haram dengan guru yang mengajarkan matematika.
Guru kita ada
2, murabbi jasad (ayah ibu) dan murabbi ruh (yang mengajarkan dan siap
bertanggung jawab ataas apa yang telah diajarkan).
Ilmu yang tidak
bermanfaat: si pemilik ilmu akan tersesat dalam ilmu yang dimilikinya. Manfaat
ilmu bukan dari sebanyak jumlah ilmu yang kita pelajari, atau tempat di mana
kita menuntut ilmu, tapi seberapa tulus kita menghormati para ahli ilmu dan
ilmu apa yang dipelajari. Seorang anak berusia 10 tahun belajar di pesantren
namun masih tetap sulit memahami ilmu yang diajarkan di pondok tersebut. Selalu
berkata “ya” atas apa yang diminta gurunya. Amalnya adalah membantu
teman-temannya untuk menyiapkan makanan dan pakaian dengan senang hati. Berharap
berkah ia peroleh dengan amalnya meski sulit untuk memahami ilmu. Suatu hari
ada bapak yang ingin menjadikan suami untuk anaknya. Sadar dan ketaatan pada
gurunya. Gurunya ridha maka ia melangkahkan kakinya. Keberkahan waktu dan amal
yang dia lakukan.