Siap menikah bukan berarti siap dinikahi. Semua
akhwat bisa saja beranggapan bahwa dirinya siap menikah namun sebenarnya dalam
dirinya belum siap dinikahi. Umur pun bukan jadi patokan bahwa akhwat tersebut
siap dinikahi. Yang dibutuhkan adalah -Dewasa-
Tidak secara fisik. Tapi secara psikis, perilaku, stabil secara emosi. siapa
yang mau menikah dengan anak kecil? Gak ada.
Berikut kriteria Akhwat yang sudah siap dinikahi
(menurut orang lain):
1. Kalo disinggung tentang
pernikahan secara umum wajahnya menjadi serius. Ia sadar bahwa memasuki
pernikahan itu, dunia menjadi lebih berat atas apa yang dia jalani selama ini. Orang
yang masih tidak serius menanggapi pernikahan ibarat anak kecil yang akan
diajak rihlah oleh orang tuanya. Coba dibayangkan, orang tua (dewasa) yang akan
mengajak anaknya rihlah justru repot menyiapkan perbekalan yang akan dibawa.
Sedangkan anaknya? Santai, senang-senang saja.
2. Track Record hidupnya
terbukti bermanfaat untuk banyak orang. Ia lebih suka mendahulukan kepentingan
orang lain daripada dirinya. Mandiri. Orang lain merasa aman jika ada dekat
dengannya.
3. Yang menginginkan ia jadi
istrinya banyak. Bukan karena lahiriahnya.Jika laki-laki ingin menikahinya
karena ‘cantik lahir’nya, belum tentu si akhwat itu sudah siap menikah. Akhwat
yang siap dinikahi matang dalam hal ilmu. Ia diibaratkan dengan durian yang
matang dipinggir jalan. Banyak yang menginginkan untuk dipetik, jaminan rasanya
manis. Tidak hanya satu yang menginginkan. Beda halnya dengan buah yang masih
mentah, kulit hijau, namun bentuknya bagus, simetris. Adakah yang mau
memetiknya? Dengan resiko perutnya bisa melilit atau keras jika memakannya. Laki-laki
yang menginginkan akhwat yang sudah “matang” ini berarti juga sudah matang. Maka
jika keluarga terbentuk dari dua sosok ayng sudah siap, maka maghligai keluarga
samara bisa terbentuk.
Tipe-tipe akhwat:
1. Seperti durian matang yang
menampakkan warna dan baunya. Durian ini siap dinikahi. Kebermanfaatannya sudah
terasa di banyak orang.
2. Akhwat yang suka menunjukkan
duri-durinya. Hingga durinya membuat orang tidak tertarik. Namun di dalam
dirinya terdapat buah yang sangat manis dan lembut. Hanya orang tertentu yang bisa
mengenali kematangannya.
Peristiwa lainnya:
Ikhwan yang sudah siap
menikah mendapat istri yang tidak siap dinikahi. Masalah akan muncul di awal. Dan
itu tidak menjadi masalah jika si ikhwan mengerti karena dia lebih siap
menikah. Si ikhwan bisa lebih pengertian menghadapi sikap istrinya.
Namun sejatinya bukan
berpikir agar ikhwan mana yang menikahi saya tapi berpikirlah bagaimana caranya
agar saya siap dinikahi. Yang paling ideal adalah, keduanya siap menikah dan
dinikahi.
Tanya jawab:
Jika ditanya atau dilamar,
jangan memberi jawaban belum siap. Katakan bahwa kita belum ada rencana. Ini
jawaban yang lebih jelas. Atau jawaban lain yang lebih jelas, misal: maaf say
asedang konsentrasi studi atau kerja. Karena, jika memberi jawaban belum siap,
si ikhwan akan bersedia menunggu dan ikhwan yang mau menunggu berarti bukan
suami yang ideal.