Selasa, 17 Desember 2013
Jumat, 28 Juni 2013
Ilmu dunia-akhirat
Kewajiban dalam menuntut ilmu
Landasan jelas dalam Q.S. Al Baqarah: 269
1.
Agama dasar dibantu atas dasar ilmu,
bukan dugaan atau kira-kira. Oleh karena itu, Allah menurunkan ayat pertama
kata ‘iqra = bacalah. Periwayat hadits Bukhari punya buku berjudul Ilmu
harus didahulukan atas amal dan perbuatan (materi Fiqh Prioritas). Ada ahli
kitab yang mengajarkan ilmu bukan berdasarkan ilmu, kecuali dengan dugaan dan
angan-angan mereka. Sekalipun gerakan shalatnya benar namun tidak dilandasi
ilmu sesungguhnya shalatnya tidak diterima. Maka dari itu, wajib untuk banyak
belajar pada sumber primer, wahyu Allah swt. Islam dapat amanah untuk menjadi
khalifah di muka bumi ini. Untuk membangun kekhalifahan juga harus dilandasi
ilmu. Umar bin Khattab berkata: “belajarlah (Ber-tafaqqoh) kalian
sebelum menjadi pemimpin”. Karena tugas
khalifah adalah menjadi pemimpin (antasuru). Pemimpin yang dimaksud
bukan sekedar pemimpin, namun orang yang seharusnya melampaui kebaikan sehingga
dia layak dijadikan sebagai teladan. Oleh karena itu, belajarlah terlebih
dahulu sebelum memberi keteladanan. Kitab at Tibyan fi Adabil Quran (recomended).
Jika kau sudah menjadi pemimpin maka tidak ada waktu lagi untuk banyak belajar.
Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan ditanya atas apa yang
kalian pimpin. Suami, adalah pemimpin bagi keluarga, Istri adalah pemimpin bagi
anak-anaknya, bahkan diri kita sendiri adalah pemimpin atas diri kita. Mumpung
masih di pesantren, jangan biarkan ada waktu luang untuk tidak belajar. Mumpung
masih kuliah, jangan biarkan waktu habis tanpa belajar. Mumpung belum banyak
amanah yang menggantungi kita. Jika para pemimpin kita tidak berilmu, maka
bangunan kita tidak akan kuat.
2.
Masalah yang akan kita hadapi bukan
hanya 1 masalah, maka dari itu kita dianjurkan untuk baca doa “Rabbi zidni
‘ilman war zukni fahman”. Ilham, ilmu
yang diberi Allah tanpa harus belajar. Ini akan didapat bila dia selalu
menjadikan segala objek sebagai llmu. Jika dia menganggap bahwa setiap amanah
yang diemban adalah ilmu, setiap masalah adalah ilmu, setiap peristiwa adalah
ilmu. Tidak ada suatu nikmat yang diberikan Allah kecuali ilmu. Posisikan diri
kita selalu sebagai penuntut ilmu (Thalib). Jika orang memposisikan
dirinya sebagai guru, ia telah merasa cukup atas apa yang telah dimiliki.
3.
Tidak ada jalan ke syurga kecuali melalui
ilmu. Jika kau punya harta, harta itulah yang menjadi objek untuk dihakimi.
Tetapi jika memiliki ilmu, ilmu itulah yang akan menghakimi. Al ‘ilmu nurun
(Ilmu itu cahaya). Cahayakanlah hidupmu
hingga sampai ke surga.
As Syukru ‘ala nikmat
Dari ketiga hal
tersebut di atas. Maka hendaknya mensyukuri nikmat ilmu. Bagaimana caranya?
1.
Dia harus menempatkan ilmu di atas
segala-galanya dan jadi prioritas. 3 pesan yang tidak boleh ditinggalkan dalam
kondisi apapun:
1.
Apapun kondisi mu jangan tinggalkan
belajar. Man ‘amila bima ‘amila bima ‘alima ‘alammahu maa lama ya’lam.
Barangsiapa yang mengamalkan apa yang dia ketahui, maka Allah akan mengajarkan
padanya sesuatu yang belum diketahui. Spesialisasi keilmuan hanya 1 bab dari
ilmu yang wajib kita pelajari. Karena hidup kita tidak hanya mengenai
spesialisasi keilmuan yang kita miliki. Masih ada ilmu lain yang wajib kita
pelajari. Jadilah penuntut ilmu, bukan orang yang merasa sudah berilmu. Orang
yang pintar justru selalu merasa bahwa dirinya tidak berilmu. Hati akan menjadi
bagus karena Ilmu. Sebagaimana bumi akan menjadi bagus karena tanaman.
2.
Apapun yang akan kau lakukan, jangan
tinggalkan untuk menyebarkan ilmu (dakwah), bekal dakwah adalah ilmu (baca Q.S
Yusuf: 108). Jangan kau tinggalkan komunitas yang suka menuntut ilmu, ngaji.
Dalam kitab Ta’alim muta’alim Teruslah menjadi orang yang mendapat ilmu
pengetahuan, setiap waktu terus menambahkan ilmu pengetahuan. Buatlah komunitas
yang senantiasa mendiskusikan ilmu, bukan diskusi gosip, ghibah. Hingga kau lihat
jalan menuju syurga melalui ilmu.
Ilmu ada 2,
Ilmu nafi’ dan ghairu nafi’ (Bermanfaat dan tidak bermanfaat)
Ilmu yang
bermanfaat: Memiliki sikap tawadhu terhadap ilmu. Ada perdebatan antara guru
dan murid. Guru yang tinggal di desadan gaptek. Murid yang sudah
berdakwahhingga internasional, kahlian bahasanya banyak. Siapa yanglebih hebat
antara guru dan murid? Guru. Guru yang hebat adalah guru yang menghasilkan
murid yang lebih hebat dari gurunya. Sikap murid yang baik, sekalipun pernah
disakiti oleh gurunya, tidak pernah merasa sakit. Jangan pernah samakan antara guru yang mengajarkan kita
halal haram dengan guru yang mengajarkan matematika.
Guru kita ada
2, murabbi jasad (ayah ibu) dan murabbi ruh (yang mengajarkan dan siap
bertanggung jawab ataas apa yang telah diajarkan).
Ilmu yang tidak
bermanfaat: si pemilik ilmu akan tersesat dalam ilmu yang dimilikinya. Manfaat
ilmu bukan dari sebanyak jumlah ilmu yang kita pelajari, atau tempat di mana
kita menuntut ilmu, tapi seberapa tulus kita menghormati para ahli ilmu dan
ilmu apa yang dipelajari. Seorang anak berusia 10 tahun belajar di pesantren
namun masih tetap sulit memahami ilmu yang diajarkan di pondok tersebut. Selalu
berkata “ya” atas apa yang diminta gurunya. Amalnya adalah membantu
teman-temannya untuk menyiapkan makanan dan pakaian dengan senang hati. Berharap
berkah ia peroleh dengan amalnya meski sulit untuk memahami ilmu. Suatu hari
ada bapak yang ingin menjadikan suami untuk anaknya. Sadar dan ketaatan pada
gurunya. Gurunya ridha maka ia melangkahkan kakinya. Keberkahan waktu dan amal
yang dia lakukan.
Minggu, 23 Juni 2013
Aku dikucilkan?
Tanya:
Lebih tepatnya aku tidak dikaryakan. Tidak diberi kesempatan
untuk melaksanakan apa yang seharusnya aku kerjakan. Tidak diberi ruang gerak. Sehingga aku merasa tidak diakui. Mungkin
karena aku tidak berpotensi di sana, atau memang ada perasaan pribadi yang
tidak menyenangkan sehingga sengaja tidak patut ada kontribusi di sana.
Sedih. Merasa tidak dibutuhkan. Apakah aku bisa tetap
berharap di sana? Atau apakah aku harus mencari ladang amal yang lain?
Jawab:
Harus berefleksi.. Mungkin saja dalam aktivitas kita bersama
mereka (yang mengucilkan):
1.
kita tidak peka terhadap
isu atau berita yang mereka bawa;
2.
Keberadaan kita tidak
memberikan manfaat bagi mereka;
3.
Meski kita peka, kita tidak memberi solusi yang
solutif. Justru solusi yang kita usulkan adalah solusi yang tidak baik sehingga
tidak bisa diterima;
Maka dari itu, mulai saat ini, kita mencoba untuk menyelesaikan
masalah dalam diri kita terlebih dahulu dengan melakukan beberapa langkah
berikut.
1.
Realistis. Akui bahwa kita
memang tidak peka, atau tidak memberi manfaat bagi orang lain. Ketika kesadaran
ini sudah dimiliki, ada baiknya ada meminta maaf terlebih dahulu kepada diri
sendiri bahwa selama ini sudah tidak mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki,
salah satunya perasaan untuk peka terhadap kondisi sekitar.
2.
Melihat situasi dengan
baik. Ketika hati jernih, maka pikiran pun akan jernih untuk memutuskan
tindakan apa yang sebaiknya dilakukan. Saat dikucilkan, apakah kita akan semakin
terpuruk dengan keadaan dengan mengekspresikannya dalam wujud emosi atau justru
sebaliknya.
3.
Pahami kondisi orang lain.
Terkadang kita terlalu egois. Ingin selalu diperhatikan namun tidak mau memberi
perhatian pada orang lain. Inilah yang membuat orang lain perlahan-lahan
menjauhkan diri dari kita. Ada saatnya kita harus toleran dengan kondisi orang
lain. Ketika sudah bisa memahami kondisi orang lain, kita pun dengan sendirinya
akan “menyehatkan” komunikasi dengan orang lain.
4.
Senyum. Senyum dapat
mengubah mood. Semula marah bisa menjadi sayang. Berawal dari senyum. Ini akan
membawa perasaan kita lebih baik. Senyum kita dapat menebarkan kedamaian kepada
orang lain yang mungkin saat itu juga merasa “emosi”. Senyum adalah shadaqoh.
5.
Tidak terlalu cepat
tersinggung atau merasa bahwa diri ini dikucilkan. Berpositif thingking aja.
6.
Lakukan sesuatu. Jangan
biasakan diri ini hanya menghabiskan waktu dengan kegiatan yang percuma, misal
merenung, ngelamun. Itu justru akan menambah perasaan sedih dalam diri.
Aktivitas yang dianjurkan misalnya, silaturahim ke temen, nulis, baca. Kan
lebih bermanfaat.
7.
Nyatakan perasaanmu pada
teman. Nyatakan perasaanmu secara langsung dan ceritakan apa yang kita rasakan, bagaimana agar bisa diterima, minta penjelasan dari mereka apa yang
menyebabkan mereka bisa bersikap mengucilkan kita, jelaskan mengapa kita ingin
bersama dia di beberapa kesempatan. Penting: nyatakan ini dengan sopan pada
situasi yang tepat.
8.
Dengarkan keluhan atau
tanggapan dari orang lain. Menjadi pribadi yang terbuka tidak ada ruginya. Bisa
jadi keluhan atau tanggapan yang disampaikan orang alin kepada kita adalah
sebuah masukan yang sangat bermanfaat bagi diri kita untuk menjadi pribadi
lebih baik. Kalopun orang tersebut menyatakan permohonan maafnya, tidak ada
salahnya juga untuk memaafkan kesalahannya.
9.
Menjadi aktif dan susun
sesuatu untuk dilakukan bersama. Sering bertemu atau melakukan pekerjaan
bersama dapat meningkatkan kemampuan kita dalam berkomunikasi dan
berkoordinasi. Kegiatan bersama, misalnya makan bareng, buat kegiatan sosial
bareng, belanja bareng, dan sebagainya. Dengan
begitu hubungan kita dengan teman bisa semakin dekat. Kita pun semakin mudah
untuk memahami karakter dalam diri mereka.
10.
Jika masih merasa
terkucilkan, saatnya untuk meninggalkan pesan kepada orang yang bersangkutan. Jika
masih merasa terabaikan, mungkin ini saatnya bagi kita mencari sosok komunitas
lain yang bisa peduli dengan kita. Masih banyak orang di luar sana yang menanti kontribusi kita.
Teman yang baik adalah teman yang mampu mengingatkan kita di saat lalai dan mendukung kita dalam kebaikan.
Sabtu, 15 Juni 2013
Merried? So what?
Jika ditanya usia berapa pantas
dikatakan siap menikah?
Usia bukan penentu siap atau
belumnya. Usia 24 tahun tapi kepribadiannya seperti usia 7 tahun, juga
dikatakan belum siap menikah. Kita berkaca pada ibunda Aisyah yang menikah
dengan Rasulullah pada usia 9 tahun. Namun pernikahannya diberkahi dengan bukti
banyaknya hadits Rasul yang diriwayatkan oleh Aisyah.
Lalu kepribadian macam apa untuk
dikatakan siap menikah?
Apakah jika sudah memiliki rekening
pribadi?
Apakah jika sudah memiliki mobil
pribadi?
Bukan, sekali-kali bukan. Menikah dilihat dari tujuannya.
Benar tapi tidak tepat dengan
tujuan disebut tidak tepat.. Tepat menikah sama dengan tepat pada tujuan. Harus
jujur pada diri sendiri apakah diri ini sudah siap atau belum untuk menikah. Jika
seorang akhwat menikah pada saat yang belum tepat, maka di kehidupannya akan
banyak menemukan beban. Bahkan mungkin sekali akan membebankan ikhwan yang
sudah siap.
Lalu apa sih tujuan dari menikah?
SAKINAH, MAWADDAH dan RAHMAH (Q.S. Rum:21)
Bukan mereka yang harus masuk ke
dunia kita. Terima mereka apa adanya. Itu salah satu kriteria kepribadian yang
siap menikah. Tidak usah memikirkan nanti menikah dengan siapa. Tapi fokus
untuk memperbaiki diri.
1.
SAKINAH
Pribadi yang
tenang adalah pribadi yang mampu menenangkan orang lain. Mendengar nama kita
saja sudah merasa tenang. Ibarat saat kita ingat nama Allah saja, dapat membuat
tenang. Jika kedua pihak berkripadian tenang, masalah bisa dihadapi dengna
tenang pula. Apa yang menyebabkan tenang?
Tidak menjadikan dunia sebagai
orientasi. Sebuah persahabatan yang disebabkan karena keinginan dunia, bisa
dipastikan persahabatan jauh dari ketenangan. Banyak kecewanya. Menkha jika mengharapkan
wajahnya, warna kulitnya, dan sebagainya berarti bisa disimpulkan bahwa ia
belum siap menikah. Melainkan ia jatuh cinta pada nafsunya.
2. MAWADDAH
Cinta. Beda
istilah dengan Mahabbah. Mahabbah bermakna ada unsur yang menyebabkan timbulnya
cinta terhadap apa yang dicintai, bisa berupa materi lahir.
Sedangkan
Mawaddah tidak berasal dari unsur manusiawi. Bermakna cinta kita kepada
seseorang yang menyebabkan orang yang kita cintai bisa melabuhkan cintanya pada
Allah SWT. Cinta bukan berdasar ketertarikan fisik, tapi justru cinta itu dapat
mendekatkan diri pada Allah
3.
RAHMAH
(kasih sayang)
Siapa
pribadi yang penuh kasih sayang? Pribadi yang melihat kekurangan orang lain
sebagai kesempatan baginya untuk melebihkan yang lain. Belajar sifat Allah yang
memiliki sifat kasih sayang. Kebencian Allah memiliki makna untuk memperbaiki
yang dibencinya. Allah, dalam bencinya
saja mengandung kasih sayang agar orang tersebut lebih baik sangat kuat kasih
sayangnya. Istri yang penuh Rahmah tidak akan mengeluh pada kekurangan yang
terdapat pada suaminya. Akhwat yang dikaruniai kecantikannya akan memberikan
kecantikannya dengan bersedia menikah dengan ikhwan yang berfisik biasa saja. Sekali
lagi, sebuah pernikahan bukan bergantung pada siapa pendampingnya. Melainkan pada
kepribadian dirinya endiri.
#Nasihat untuk diri sendiri dan orang lain
Glosarium:
ikhwan: dalam konteks ini, ikhwan bermakna laki-laki, pria, doi, dan sejenisnya. Bahasa asalnya akhi yang berarti saudara laki-laki.
Akhwat: dalam konteks ini bermakna perempuan, atau wanita. Beberapa orang memaknai sebagai wanita yang menjaga auratnya, shalihah.
Jumat, 24 Mei 2013
Kriteria Akhwat Siap Dinikahi
Siap menikah bukan berarti siap dinikahi. Semua
akhwat bisa saja beranggapan bahwa dirinya siap menikah namun sebenarnya dalam
dirinya belum siap dinikahi. Umur pun bukan jadi patokan bahwa akhwat tersebut
siap dinikahi. Yang dibutuhkan adalah -Dewasa-
Tidak secara fisik. Tapi secara psikis, perilaku, stabil secara emosi. siapa
yang mau menikah dengan anak kecil? Gak ada.
Berikut kriteria Akhwat yang sudah siap dinikahi
(menurut orang lain):
1. Kalo disinggung tentang
pernikahan secara umum wajahnya menjadi serius. Ia sadar bahwa memasuki
pernikahan itu, dunia menjadi lebih berat atas apa yang dia jalani selama ini. Orang
yang masih tidak serius menanggapi pernikahan ibarat anak kecil yang akan
diajak rihlah oleh orang tuanya. Coba dibayangkan, orang tua (dewasa) yang akan
mengajak anaknya rihlah justru repot menyiapkan perbekalan yang akan dibawa.
Sedangkan anaknya? Santai, senang-senang saja.
2. Track Record hidupnya
terbukti bermanfaat untuk banyak orang. Ia lebih suka mendahulukan kepentingan
orang lain daripada dirinya. Mandiri. Orang lain merasa aman jika ada dekat
dengannya.
3. Yang menginginkan ia jadi
istrinya banyak. Bukan karena lahiriahnya.Jika laki-laki ingin menikahinya
karena ‘cantik lahir’nya, belum tentu si akhwat itu sudah siap menikah. Akhwat
yang siap dinikahi matang dalam hal ilmu. Ia diibaratkan dengan durian yang
matang dipinggir jalan. Banyak yang menginginkan untuk dipetik, jaminan rasanya
manis. Tidak hanya satu yang menginginkan. Beda halnya dengan buah yang masih
mentah, kulit hijau, namun bentuknya bagus, simetris. Adakah yang mau
memetiknya? Dengan resiko perutnya bisa melilit atau keras jika memakannya. Laki-laki
yang menginginkan akhwat yang sudah “matang” ini berarti juga sudah matang. Maka
jika keluarga terbentuk dari dua sosok ayng sudah siap, maka maghligai keluarga
samara bisa terbentuk.
Tipe-tipe akhwat:
1. Seperti durian matang yang
menampakkan warna dan baunya. Durian ini siap dinikahi. Kebermanfaatannya sudah
terasa di banyak orang.
2. Akhwat yang suka menunjukkan
duri-durinya. Hingga durinya membuat orang tidak tertarik. Namun di dalam
dirinya terdapat buah yang sangat manis dan lembut. Hanya orang tertentu yang bisa
mengenali kematangannya.
Peristiwa lainnya:
Ikhwan yang sudah siap
menikah mendapat istri yang tidak siap dinikahi. Masalah akan muncul di awal. Dan
itu tidak menjadi masalah jika si ikhwan mengerti karena dia lebih siap
menikah. Si ikhwan bisa lebih pengertian menghadapi sikap istrinya.
Namun sejatinya bukan
berpikir agar ikhwan mana yang menikahi saya tapi berpikirlah bagaimana caranya
agar saya siap dinikahi. Yang paling ideal adalah, keduanya siap menikah dan
dinikahi.
Tanya jawab:
Jika ditanya atau dilamar,
jangan memberi jawaban belum siap. Katakan bahwa kita belum ada rencana. Ini
jawaban yang lebih jelas. Atau jawaban lain yang lebih jelas, misal: maaf say
asedang konsentrasi studi atau kerja. Karena, jika memberi jawaban belum siap,
si ikhwan akan bersedia menunggu dan ikhwan yang mau menunggu berarti bukan
suami yang ideal.
Rabu, 08 Mei 2013
Hening di antara Bening dan Pening
Suatu hari si kakak diminta menjemput adiknya di sekolah.
Setelah sampai ke sekolah, dicari-cari ternyata adik nggak ada. Udah di sms, ditelpon,
ditanyakan ke temen-temen, tapi nihil. Akhirnya kakak pulang tanpa menjalankan
amanah yang seharusnya. Sesampainya di rumah, adik protes dengan kakak dan
mengadu pada ibu bahwa kakak tidak menjemputnya. Lantas ibu menegur si kakak.
Bagaimana sikap kakak seharusnya? Apakah ia harus membela
dirinya dan menyalahkan adik?
Dari peristiwa di atas, kita belajar bagaimana menjadi
hening ketika bening. Pada saat inilah dirikan diminta untuk mengkondisikan
suasana. Apa itu suasana?
Suasana yang dipengaruhi oleh diri kita. Ibaratkan sistem
dan lingkungan. Kita sebagai sistemnya, bukan sebagai lingkungan. Karena
kitalah yang seharusnya memberi pengaruh pada orang lain bukan menjadi pribadi
yang mudah dipengaruhi suasana.
Ibarat dua anak yang sedang berada di atas air berarus
deras. Si A mengapungkan dirinya. Apa yang terjadi? Sangat mungkin terbawa
arus. Si B dengan kuat tenaga mengusahakan dirinya untuk untuk berpatokan pada
dasar air. Begitu juga seharusnya kita. Memiliki prinsip untuk berpijak pada
kebeningan.
Orang membuang satu ember kotor ke dalam danau yang bening.
Ap yang terjadi? Apakah danau itu lantas menjadi kotor? Tidak. Justru air yang
kotor tidak mencemari air danau yang bening tadi. Danau yang bening justru
mengubah air kotor tadi. Itulah pribadi yang kita idamkan.
Mendengarkan Al Quran, suasana bening atau pening? Semoga
jawabanny adalah bening. Tapi
Ketika berada di stasiun (sambil membayangkan) terdengar
berbagai macam bunyi-bunyian. Tapi ketika mendengar suara al Quran di sela-sela
keramaian itu, sensitif gak? Merasa keheningan gak?
Tinggal di lingkungan kerja yang suasana tidak nyaman, penuh
dengan kecurangan, kebohongan, dan sejenisnya. Pribadi yang bening merasa tidak
betah. Memilih keluar? Bukan jalan keluar yang baik. Bisa merubah hal tersebut?
Tidak, karena dia baru pegawai baru di sana. Apa upaya yang dilakukan?
Melakukan yang terbaik, menunjukkan kredibilitas yang baik, tetap menolong
orang lain yang sedang membutuhkan, intinya menjadi pribadi yang kuat, mampu
mengendalikan nafsunya.
Orang disebut dewasa diukur dari sejauh mana dia
mengendalikan nafsu. Nafsu ada yang baik dan disukai juga nafsu yang
tidak baik. Saat kecil ingin beli HP,
tapi dibilang nanti kalo sudah besar. Ketika besar, Hpnya tidak sesuai trend
masa kini dan kembali memohon pada orang tua untuk meminta dibelikan HP baru.
Namun jawaban orang tua, “HP digunakan untuk sms dan telpon saja, tidak ada
uang untuk membeli baru”. Bagaimana sikap si anak? Menerima atau memberontak?
Menjadi pribadi seperti Rasulullah yang bertahan di tengah
kejahiliyahan. Keteladanan bisa membuat
pengaruh bagi lingkungan.
Selasa, 07 Mei 2013
Menjadi Muslimah yang Istimewa yang berhak masuk SurgaNya
Kita semua berhak masuk surgaNya.
Wanita muslimah istimewa?
Apa yang istimewa? Dengan ridhoNya, para muslimah
menjadi istimewa.
Q.S. Al Mujadilah, Istimewa Aqidahnya, mencintai
Allah, mencintai RasulNya, mencintai agama ini jauh dari mencintai dirinya
sendiri. Rasa cinta ini perlu dipupuk.
tidak Tidak hanya semangat memperbaiki akidah diri sendiri, tapi juga
akidah keluarga, dan orang lain.
1. Tamyiz Qur’ani. Ummu Waraqoh,
rumahnya penuh dengan catatan Quran, suara-suara Quran, murajaah, setoran
hapalan, dan kegiatan Quran lainnya. Umar bin Khatab meninggal saat murajaah Quran,
beliau menjadikan murajaah sebagai “password” sebelum memasuki rumahnya. Para
sahabat mengukur jarak suatu tempat ke tempat lain sesuai berapa ayat dalam
surat tertentu. Ummu Darda shalat Dhuha (dalam kondisi futur) selesai Al
Baqarah. Bacalah Quran satu kali khatam dalam satu bulan. Khawatir Al Quran dijadikan barang yang
disia-siakan. Seorang muslim yang menyia-nyiakan Al Quran, tidak memiliki
perasaan bersalah ketika tidak khatam 30 juz dalam 1 Bulan. Karena dia dzalim
terhadap dirinya sendiri.
Ada 3 golongan manusia
berdasarkan sikapnya terhadap Al Quran.
1.
Dzalim
terhadap dirinya sendiri
2.
Golongan
tengah
3.
Golongan
yang berlomba-lomba terhadap kebaikan
Kebiasaan manusia, baru baca 3
halaman sudah sakinah (ngantuk) then sleepy, baru 5 lembar “ngobrol” dengan
Allah sudah ngitung halaman, baru mau tilawah kalo ada tilawah jama’i.
Beberapa hafidz ketika ditanya,
jawaban mereka adalah “waktu kecil ummi saya sering ngaji”. #Kesholihan seorang
anak diperoleh dari kesholihan seorang Ibu..
Tidak boleh menganggap kecil
kesalahan satu huruf pun, dho, ka, shod
SeMINIm muslim adalah 2 Juz. Ini
baru tangga pertama. Pejabat publik kudu punya hapalan yang bisa mengalahkan
jiwanya. Jiwanya ingin internet, ingin nonton TV, tapi ditundukkan hatinya oleh
Allah.. Itu berkat hapalannya,
2. Tamyiz Ta’abuni, Istimewa dalam
ibadahnya. Berkat Infaqnya, Qiyamulailnya, shalat berjamaah,
3. Tamyiz Akhlaqi, bisa menahan amarah,
Allah tahu apa yang patut kita dapatkan dariNya.. menyendiri tidaklah melatih diri sendiri. Justru itu memutuskan ukhuwah kebaikan di dunia dan akhirat.
Allah tahu apa yang patut kita dapatkan dariNya.. menyendiri tidaklah melatih diri sendiri. Justru itu memutuskan ukhuwah kebaikan di dunia dan akhirat.
4. Tamyiz Ilmy, Istimewa dalam
Ilmunya. Ditanya shirah, paham. Ditanya Fiqh, paham. Harus punya Tafsir Ibnu
Katsir, Imam Bukhori, Kitab Riyadhus Sholihin, tsaqofah yang baik. #ingat kisah
seorang anak yang dipanggil ibunya ketika sholat, namun dia tetap melanjutkan
sholatnya. Hingga pada suatu hari difitnah oleh seorang perempuan yang hamil di
luar nikah. Hingga anak yang dilahirkannya bisa bicara dan menyatakan
kebenaran.
Kamis, 02 Mei 2013
Hidupku dan hidupmu berbeda
Hidup kita sebut seadanya. Ketika
sholatku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah. Hasilnya akan sederhana. Kita
akan masuk dalam satu ring dengan Allah. Maksudya, kita akan mendapatkan semua
apa yang di sisi Allah karena Allah maha Mulia, Maha Kaya.
Hanya saja pada kenyataannya,
Allah menguji keistiqomahan kita. Allah memberi ujian manis dan pahit. Jika
mendapatkan manisnya dibalas dengan syukur. Sebaliknya ketika menemui pahit
dihadapi dengan syukur. Banyak orang yang hidupnya dipermainkan oleh dirinya
sendiri.
Terus instrospeksi diri.
Segera membuat keputusan hidup
yang menjadi pegangan hidup kita. Harus ada keputusan. Contoh menjalani hidup
dengan sabar. Setiap orang kaya belum
tentu disukai. Kaya bukan kebutuhan. Jadi jangan ambil keputusan untuk menjadi
orang kaya saja. Yang dibutuhkan adalah dermawan. Kedermawanan tidak sekedar
dalam hal uang. Namun juga dalam hal lainnya, sedekah waktu, misalnya. Orang
yang menyedekahkan waktunya kepada orang lain di jalan Allah, maka Allah akan
menggantinya dengan waktu yang lebih panjang, rasa capeknya hilang sehingga
waktu untuk mengerjakan tugas jauh lebih mudah, rasa capeknya dihilangkan oleh
Allah. Bahkan tidur 3 jam saja kualitas tidurnya sama dengan orang yang tidur 8
jam.
Sadari bahwa ada keputsan penting
yang belum kamu ambil sehingga timbul masalah. Yakini jika kamu ambil suatu
keputusan maka masalahmu bisa terselesaikan.
Selasa, 29 Januari 2013
Like this Song "Terbang" by Ando
Pencipta : Ando
Arranger : Budi LVT & Indra
Artist : Ando featuring Ovin
Facebook : Riando Ando Corston
Lyric :
Verse 1
Tak ada yang tak mungkin selama masih bisa bernafas didunia,
Untuk tahu seberapa jauh kaki bisa melangkah
jangan kenal lelah, berjuang dengan tekad semangat pantang menyerah.
Injak Tujuh Benua, seberangi tujuh samudera.
Mencari ilmu belajar dan bersekolah.
Tak inginkah kau lihat senyuman bahagia dari dua bola mata kedua orang tua.
Awali dengan Mimpi,
Tegarkan jati diri,
Tuk jadi pribadi yang dapat mandiri,
Memang semua misteri kini dan esok hari.
Teruskan usaha, doa sampai saatnya nanti.
Bridge
Tak usah berpangku tangan lagi,
Tak susahkan orang lagi,
Kita hanya diberi hidup satu kali
Raih semua kesempatan mari berlari ketempat yang lebih tinggi.
REFF
Kubisa terbang karena kuyakin kubisa lewati semua
Kita kembangkan sayap dan rangkul dunia
Rasakan indahnya.
Verse 2
Bekerja keras bertekad kuat,
Jangan biarkan peluang terlewat,
Begitu saja dari sekarang persiapkan diri dan jadilah hebat.
Satukan visi visualisasi kan,
Susun misi matang dan rencanakan
Bergerak dan terus bergerak jangan pernah berhenti
Jangan tunda tunda lagi.
BRIDGE & REFF — with Riando Ando Corston.
Sukses Ukhrawi
Sukses Ukhrawi adalah suatu keniscayaan.
Sukses dunia, ada. Hidup kita di dunia keseluruhannya adalah ukhrawi. Ukhrawi dalam artian tiada satupun perbuatan
kita yang tidak bernilai akhirat.
Mengingat lagi proses terjadinya manusia. Manusia
terdiri dari jasmani dan rohani. Jasmani (jasad) "...Kholaqol insan min solsolin
kal fakhor". Manusia terbuat dari sol-sol tanah kering. Tidak ada nilainya,
hanya terbuat dari tanah. Allah tidak melihat jasad kita, tapi melihat ruh. Ketika
kita berada di alam ruh, kita ditanya siapakah tuhanMu? Kita menjawab, hanya
Allah, Laa ilahailallah... Setelah 4 bulan, manusia ditiupkan ke dalam
jasadnya. Merasa tenang, bahagia dan damai. Asupan makanan diperoleh dari Ibu. Setelah
9 bulan terlahirlah seorang manusia. Muncullah tantangan pertama saat tali
pusar diputus. Gangguan mulai berdatangan. Mungkinkah kita bisa pulang kembali
dengan selamat?
Ilustrasi lain. Semula tinggal di rumah yang
mewah, megah, bersih. Apalagi keluarga taat beribadah. Tetangga yang rajin
beribadah ke masjid. Senang dan betah rasanya. Lalu tiba-tiba diminta untuk
tinggal di rumah kumuh, banyak najis, binatang, tetangga yang tidak ramah,
(tantangan). Tetangga yang suka dangdutan, minum bir, rokok (gangguan).
Rindu-kah pada kehidupan semula?
Langganan:
Postingan (Atom)