Selasa, 17 Desember 2013

Traveling to Jakarta


Bismillah... Sebagai awalan dari tulisan ini.


Hm.. Aku baru sadar akan pentingnya mengikuti kata hati agar pengalaman ini tidak terulang lagi.

Mengingat beberapa hari lalu aku sempat galau untuk memutuskan berangkat ke Jakarta atau tidak dalam rangka memenuhi undangan dari organisasi yang aku ikuti. 

Meski sudah mempertimbangkan berbagai plus minusnya berangkat, ego dan nafsuku memilih untuk tetap berangkat. Padahal jika dianalisis, jumlah negatifnya lebih banyak. Ini akibat jika tidak mengikuti kata hati.


Sebenarnya undangannya disampaikan hari Rabu. Sontak langsung mengabari beberapa teman yang terkait dengan berbagai agenda yang seharusnya aku manage. Hingga hari Jum'at tiba, aku belum bisa memberikan keputusan yang pasti. Untuk berjaga-jaga, aku membeli tiket untuk keberangkatan hari Sabtu. Pun hingga hari Sabtu, aku masih belum bisa memutuskan apakah berangkat atau tidak. Hingga Sabtu siang setelah ngajar, aku masih intens komunikasi dengan beberapa teman untuk membantu memberikan masukan. Beberapa teman justru menanjurkan untuk berangkat. Sejatinya hati kecilku menolak.


Berangkat sendiri ke Jakarta bukanlah perkara mudah bagi seorang akhwat sepertiku. Perjalanan tanpa persiapan ibarat maju ke medan perang tanpa persiapan. Kamu akan menghadapi berbagai resiko dan kemungkinan yang bakal terjadi.


Dimulai dengan adegan mengejar kereta. 30 menit sebelum keberangkatan kereta aku masih ada di suatu tempat mengikuti agenda pekanan. 9 menit sebelum waktunya tiba, aku masih dalam perjalanan menuju stasiun. Syukurnya, beberapa satpam dan penjaga kereta memudahkan proses pemeriksaan ticket kereta sehingga aku bisa segera berlari menuju kereta.


Sepanjang perjalanan di kereta selama 12 jam dirasa sia-sia jika hanya digunakan untuk tidur. Aku pun tidak tidur sama sekali. Justru menghabiskan perjalanan panjang ke Jakarta dengan berdiskusi bersama penumpang kereta yang duduk di sebelah. Kebetulan beliau adalah kontraktor bangunan. Beliau dari jurusan teknis sipil Jakarta. Beliau juga merupakan seorang ahli dalam pengobatan alternatif. Dari cerita yang beliau sampaikan, berbagai golongan masyarakat sering datang ke kediaman beliau untuk sekedar mengeluhkan penyakitnya hingga meminta solusi atas penyakitnya tersebut. Satu hal yang menarik bahwa beliau dulunya tergabung dalam jamaah partai tertentu. Dalam perjalanan tersebut beliau banyak menceritakan asam-garam saat bergabung di jamaah partai tersebut. Bahkan berulang-ulang beliau menyampaikan bahwa beliau sudah kenyang dan puas ditikam oleh jamaahnya sendiri. Dalam cerita kalutnya, beliau menyisipkan kisah-kisah manis saat-saat aksi bersama teman-teman, berjualan bersama, dan membaca doa robithoh di tiap akhir pengajian pekanan. Intinya, ada beberapa pelajaran yang bisa aku ambil hikmahnya dari obrolan dengan beliau, antara lain: fokuskan diri untuk menjadi ahli, belajar untuk lebih profesional dalam segala urusan (termasuk dalam organisasi), manajemen keuangan, belajar untuk lebih sayang dan taat pada orang tua, tingkatkan rasa syukur pada Illahi. Jangan terlena dengan kekayaan, kecukupan, kemewahan, dan segala hal yang berhubungan dengan duniawi.


Tidak hanya seru di kereta. Beberapa hari di Jakarta memperluas wawasanku. Tentang kerasnya kehidupan di Jakarta, Militansi dakwahnya, gaya hidup, pola kumunikasi, dan sebagainya. Aku tidak akan melupakan perljalananku ini. Unforgettablemoment.


Biarlah ini menjadi pengalaman masa mudaku yang akan menjadi kisah bagi anak cucuku kelak. Agar mereka bisa mengambil hikmahnya.

Jumat, 28 Juni 2013

Ilmu dunia-akhirat


Kewajiban dalam menuntut ilmu

Landasan jelas dalam Q.S. Al Baqarah: 269 


1.      Agama dasar dibantu atas dasar ilmu, bukan dugaan atau kira-kira. Oleh karena itu, Allah menurunkan ayat pertama kata ‘iqra = bacalah. Periwayat hadits Bukhari punya buku berjudul Ilmu harus didahulukan atas amal dan perbuatan (materi Fiqh Prioritas). Ada ahli kitab yang mengajarkan ilmu bukan berdasarkan ilmu, kecuali dengan dugaan dan angan-angan mereka. Sekalipun gerakan shalatnya benar namun tidak dilandasi ilmu sesungguhnya shalatnya tidak diterima. Maka dari itu, wajib untuk banyak belajar pada sumber primer, wahyu Allah swt. Islam dapat amanah untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Untuk membangun kekhalifahan juga harus dilandasi ilmu. Umar bin Khattab berkata: “belajarlah (Ber-tafaqqoh) kalian sebelum menjadi pemimpin”.  Karena tugas khalifah adalah menjadi pemimpin (antasuru). Pemimpin yang dimaksud bukan sekedar pemimpin, namun orang yang seharusnya melampaui kebaikan sehingga dia layak dijadikan sebagai teladan. Oleh karena itu, belajarlah terlebih dahulu sebelum memberi keteladanan. Kitab at Tibyan fi Adabil Quran (recomended). Jika kau sudah menjadi pemimpin maka tidak ada waktu lagi untuk banyak belajar. Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan ditanya atas apa yang kalian pimpin. Suami, adalah pemimpin bagi keluarga, Istri adalah pemimpin bagi anak-anaknya, bahkan diri kita sendiri adalah pemimpin atas diri kita. Mumpung masih di pesantren, jangan biarkan ada waktu luang untuk tidak belajar. Mumpung masih kuliah, jangan biarkan waktu habis tanpa belajar. Mumpung belum banyak amanah yang menggantungi kita. Jika para pemimpin kita tidak berilmu, maka bangunan kita tidak akan kuat. 
2.      Masalah yang akan kita hadapi bukan hanya 1 masalah, maka dari itu kita dianjurkan untuk baca doa “Rabbi zidni ‘ilman war zukni fahman”.  Ilham, ilmu yang diberi Allah tanpa harus belajar. Ini akan didapat bila dia selalu menjadikan segala objek sebagai llmu. Jika dia menganggap bahwa setiap amanah yang diemban adalah ilmu, setiap masalah adalah ilmu, setiap peristiwa adalah ilmu. Tidak ada suatu nikmat yang diberikan Allah kecuali ilmu. Posisikan diri kita selalu sebagai penuntut ilmu (Thalib). Jika orang memposisikan dirinya sebagai guru, ia telah merasa cukup atas apa yang telah dimiliki.
3.       Tidak ada jalan ke syurga kecuali melalui ilmu. Jika kau punya harta, harta itulah yang menjadi objek untuk dihakimi. Tetapi jika memiliki ilmu, ilmu itulah yang akan menghakimi. Al ‘ilmu nurun (Ilmu itu cahaya).  Cahayakanlah hidupmu hingga sampai ke surga.

As Syukru ‘ala nikmat
Dari ketiga hal tersebut di atas. Maka hendaknya mensyukuri nikmat ilmu. Bagaimana caranya?
1.      Dia harus menempatkan ilmu di atas segala-galanya dan jadi prioritas. 3 pesan yang tidak boleh ditinggalkan dalam kondisi apapun:
1.      Apapun kondisi mu jangan tinggalkan belajar. Man ‘amila bima ‘amila bima ‘alima ‘alammahu maa lama ya’lam. Barangsiapa yang mengamalkan apa yang dia ketahui, maka Allah akan mengajarkan padanya sesuatu yang belum diketahui. Spesialisasi keilmuan hanya 1 bab dari ilmu yang wajib kita pelajari. Karena hidup kita tidak hanya mengenai spesialisasi keilmuan yang kita miliki. Masih ada ilmu lain yang wajib kita pelajari. Jadilah penuntut ilmu, bukan orang yang merasa sudah berilmu. Orang yang pintar justru selalu merasa bahwa dirinya tidak berilmu. Hati akan menjadi bagus karena Ilmu. Sebagaimana bumi akan menjadi bagus karena tanaman.
2.      Apapun yang akan kau lakukan, jangan tinggalkan untuk menyebarkan ilmu (dakwah), bekal dakwah adalah ilmu (baca Q.S Yusuf: 108). Jangan kau tinggalkan komunitas yang suka menuntut ilmu, ngaji. Dalam kitab Ta’alim muta’alim Teruslah menjadi orang yang mendapat ilmu pengetahuan, setiap waktu terus menambahkan ilmu pengetahuan. Buatlah komunitas yang senantiasa mendiskusikan ilmu, bukan diskusi gosip, ghibah. Hingga kau lihat jalan menuju syurga melalui ilmu.

Ilmu ada 2, Ilmu nafi’ dan ghairu nafi’ (Bermanfaat dan tidak bermanfaat)
Ilmu yang bermanfaat: Memiliki sikap tawadhu terhadap ilmu. Ada perdebatan antara guru dan murid. Guru yang tinggal di desadan gaptek. Murid yang sudah berdakwahhingga internasional, kahlian bahasanya banyak. Siapa yanglebih hebat antara guru dan murid? Guru. Guru yang hebat adalah guru yang menghasilkan murid yang lebih hebat dari gurunya. Sikap murid yang baik, sekalipun pernah disakiti oleh gurunya, tidak pernah merasa sakit. Jangan pernah  samakan antara guru yang mengajarkan kita halal haram dengan guru yang mengajarkan matematika.
Guru kita ada 2, murabbi jasad (ayah ibu) dan murabbi ruh (yang mengajarkan dan siap bertanggung jawab ataas apa yang telah diajarkan).

Ilmu yang tidak bermanfaat: si pemilik ilmu akan tersesat dalam ilmu yang dimilikinya. Manfaat ilmu bukan dari sebanyak jumlah ilmu yang kita pelajari, atau tempat di mana kita menuntut ilmu, tapi seberapa tulus kita menghormati para ahli ilmu dan ilmu apa yang dipelajari. Seorang anak berusia 10 tahun belajar di pesantren namun masih tetap sulit memahami ilmu yang diajarkan di pondok tersebut. Selalu berkata “ya” atas apa yang diminta gurunya. Amalnya adalah membantu teman-temannya untuk menyiapkan makanan dan pakaian dengan senang hati. Berharap berkah ia peroleh dengan amalnya meski sulit untuk memahami ilmu. Suatu hari ada bapak yang ingin menjadikan suami untuk anaknya. Sadar dan ketaatan pada gurunya. Gurunya ridha maka ia melangkahkan kakinya. Keberkahan waktu dan amal yang dia lakukan. 

Minggu, 23 Juni 2013

Aku dikucilkan?


Tanya:
Lebih tepatnya aku tidak dikaryakan. Tidak diberi kesempatan untuk melaksanakan apa yang seharusnya aku kerjakan. Tidak diberi ruang gerak.  Sehingga aku merasa tidak diakui. Mungkin karena aku tidak berpotensi di sana, atau memang ada perasaan pribadi yang tidak menyenangkan sehingga sengaja tidak patut ada kontribusi di sana.
Sedih. Merasa tidak dibutuhkan. Apakah aku bisa tetap berharap di sana? Atau apakah aku harus mencari ladang amal yang lain?

Jawab:
Harus berefleksi.. Mungkin saja dalam aktivitas kita bersama mereka (yang mengucilkan):
1.       kita tidak peka terhadap isu atau berita yang mereka bawa;
2.       Keberadaan kita tidak memberikan manfaat bagi mereka;
3.       Meski  kita peka, kita tidak memberi solusi yang solutif. Justru solusi yang kita usulkan adalah solusi yang tidak baik sehingga tidak bisa diterima;

Maka dari itu, mulai saat ini, kita mencoba untuk menyelesaikan masalah dalam diri kita terlebih dahulu dengan melakukan beberapa langkah berikut.
1.       Realistis. Akui bahwa kita memang tidak peka, atau tidak memberi manfaat bagi orang lain. Ketika kesadaran ini sudah dimiliki, ada baiknya ada meminta maaf terlebih dahulu kepada diri sendiri bahwa selama ini sudah tidak mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki, salah satunya perasaan untuk peka terhadap kondisi sekitar.
2.       Melihat situasi dengan baik. Ketika hati jernih, maka pikiran pun akan jernih untuk memutuskan tindakan apa yang sebaiknya dilakukan.  Saat dikucilkan, apakah kita akan semakin terpuruk dengan keadaan dengan mengekspresikannya dalam wujud emosi atau justru sebaliknya.
3.       Pahami kondisi orang lain. Terkadang kita terlalu egois. Ingin selalu diperhatikan namun tidak mau memberi perhatian pada orang lain. Inilah yang membuat orang lain perlahan-lahan menjauhkan diri dari kita. Ada saatnya kita harus toleran dengan kondisi orang lain. Ketika sudah bisa memahami kondisi orang lain, kita pun dengan sendirinya akan “menyehatkan” komunikasi dengan orang lain.
4.       Senyum. Senyum dapat mengubah mood. Semula marah bisa menjadi sayang. Berawal dari senyum. Ini akan membawa perasaan kita lebih baik. Senyum kita dapat menebarkan kedamaian kepada orang lain yang mungkin saat itu juga merasa “emosi”. Senyum adalah shadaqoh.
5.       Tidak terlalu cepat tersinggung atau merasa bahwa diri ini dikucilkan. Berpositif thingking aja.
6.       Lakukan sesuatu. Jangan biasakan diri ini hanya menghabiskan waktu dengan kegiatan yang percuma, misal merenung, ngelamun. Itu justru akan menambah perasaan sedih dalam diri. Aktivitas yang dianjurkan misalnya, silaturahim ke temen, nulis, baca. Kan lebih bermanfaat.
7.       Nyatakan perasaanmu pada teman. Nyatakan perasaanmu secara langsung dan ceritakan apa yang kita rasakan, bagaimana agar bisa diterima, minta penjelasan dari mereka apa yang menyebabkan mereka bisa bersikap mengucilkan kita, jelaskan mengapa kita ingin bersama dia di beberapa kesempatan. Penting: nyatakan ini dengan sopan pada situasi yang tepat.
8.       Dengarkan keluhan atau tanggapan dari orang lain. Menjadi pribadi yang terbuka tidak ada ruginya. Bisa jadi keluhan atau tanggapan yang disampaikan orang alin kepada kita adalah sebuah masukan yang sangat bermanfaat bagi diri kita untuk menjadi pribadi lebih baik. Kalopun orang tersebut menyatakan permohonan maafnya, tidak ada salahnya juga untuk memaafkan kesalahannya.
9.       Menjadi aktif dan susun sesuatu untuk dilakukan bersama. Sering bertemu atau melakukan pekerjaan bersama dapat meningkatkan kemampuan kita dalam berkomunikasi dan berkoordinasi. Kegiatan bersama, misalnya makan bareng, buat kegiatan sosial bareng, belanja bareng, dan sebagainya.  Dengan begitu hubungan kita dengan teman bisa semakin dekat. Kita pun semakin mudah untuk memahami karakter dalam diri mereka.
10.   Jika masih merasa terkucilkan, saatnya untuk meninggalkan pesan kepada orang yang bersangkutan. Jika masih merasa terabaikan, mungkin ini saatnya bagi kita mencari sosok komunitas lain yang bisa peduli dengan kita. Masih banyak orang di luar sana yang menanti kontribusi kita. 

Teman yang baik adalah teman yang mampu mengingatkan kita di saat lalai dan mendukung kita dalam kebaikan.

Sabtu, 15 Juni 2013

Merried? So what?


Jika ditanya usia berapa pantas dikatakan siap menikah?

Usia bukan penentu siap atau belumnya. Usia 24 tahun tapi kepribadiannya seperti usia 7 tahun, juga dikatakan belum siap menikah. Kita berkaca pada ibunda Aisyah yang menikah dengan Rasulullah pada usia 9 tahun. Namun pernikahannya diberkahi dengan bukti banyaknya hadits Rasul yang diriwayatkan oleh Aisyah.

Lalu kepribadian macam apa untuk dikatakan siap menikah?
Apakah jika sudah memiliki rekening pribadi?
Apakah jika sudah memiliki mobil pribadi?
Bukan, sekali-kali bukan.  Menikah dilihat dari tujuannya.

Benar tapi tidak tepat dengan tujuan disebut tidak tepat.. Tepat menikah sama dengan tepat pada tujuan. Harus jujur pada diri sendiri apakah diri ini sudah siap atau belum untuk menikah. Jika seorang akhwat menikah pada saat yang belum tepat, maka di kehidupannya akan banyak menemukan beban. Bahkan mungkin sekali akan membebankan ikhwan yang sudah siap.

Lalu apa sih tujuan dari menikah? SAKINAH, MAWADDAH dan RAHMAH (Q.S. Rum:21)
Bukan mereka yang harus masuk ke dunia kita. Terima mereka apa adanya. Itu salah satu kriteria kepribadian yang siap menikah. Tidak usah memikirkan nanti menikah dengan siapa. Tapi fokus untuk memperbaiki diri.

1.       SAKINAH
Pribadi yang tenang adalah pribadi yang mampu menenangkan orang lain. Mendengar nama kita saja sudah merasa tenang. Ibarat saat kita ingat nama Allah saja, dapat membuat tenang. Jika kedua pihak berkripadian tenang, masalah bisa dihadapi dengna tenang pula. Apa yang menyebabkan tenang?
Tidak menjadikan dunia sebagai orientasi. Sebuah persahabatan yang disebabkan karena keinginan dunia, bisa dipastikan persahabatan jauh dari ketenangan. Banyak kecewanya. Menkha jika mengharapkan wajahnya, warna kulitnya, dan sebagainya berarti bisa disimpulkan bahwa ia belum siap menikah. Melainkan ia jatuh cinta pada nafsunya.

2.       MAWADDAH
Cinta. Beda istilah dengan Mahabbah. Mahabbah bermakna ada unsur yang menyebabkan timbulnya cinta terhadap apa yang dicintai, bisa berupa materi lahir.
Sedangkan Mawaddah tidak berasal dari unsur manusiawi. Bermakna cinta kita kepada seseorang yang menyebabkan orang yang kita cintai bisa melabuhkan cintanya pada Allah SWT.  Cinta bukan berdasar ketertarikan  fisik, tapi justru cinta itu dapat mendekatkan diri pada Allah

3.       RAHMAH (kasih sayang)
Siapa pribadi yang penuh kasih sayang? Pribadi yang melihat kekurangan orang lain sebagai kesempatan baginya untuk melebihkan yang lain. Belajar sifat Allah yang memiliki sifat kasih sayang. Kebencian Allah memiliki makna untuk memperbaiki yang dibencinya.  Allah, dalam bencinya saja mengandung kasih sayang agar orang tersebut lebih baik sangat kuat kasih sayangnya. Istri yang penuh Rahmah tidak akan mengeluh pada kekurangan yang terdapat pada suaminya. Akhwat yang dikaruniai kecantikannya akan memberikan kecantikannya dengan bersedia menikah dengan ikhwan yang berfisik biasa saja. Sekali lagi, sebuah pernikahan bukan bergantung pada siapa pendampingnya. Melainkan pada kepribadian dirinya endiri.

Jadilah diri yang apa adanya kemudian pasrah atas ketentuanNya.

#Nasihat untuk diri sendiri dan orang lain

Glosarium: 
ikhwan: dalam konteks ini, ikhwan bermakna laki-laki, pria, doi, dan sejenisnya. Bahasa asalnya akhi yang berarti saudara laki-laki. 
Akhwat: dalam konteks ini bermakna perempuan, atau wanita. Beberapa orang memaknai sebagai wanita yang menjaga auratnya, shalihah. 

Jumat, 24 Mei 2013

Kriteria Akhwat Siap Dinikahi


Siap menikah bukan berarti siap dinikahi. Semua akhwat bisa saja beranggapan bahwa dirinya siap menikah namun sebenarnya dalam dirinya belum siap dinikahi. Umur pun bukan jadi patokan bahwa akhwat tersebut siap dinikahi. Yang dibutuhkan adalah    -Dewasa- Tidak secara fisik. Tapi secara psikis, perilaku, stabil secara emosi. siapa yang mau menikah dengan anak kecil? Gak ada.

Berikut kriteria Akhwat yang sudah siap dinikahi (menurut orang lain):

1. Kalo disinggung tentang pernikahan secara umum wajahnya menjadi serius. Ia sadar bahwa memasuki pernikahan itu, dunia menjadi lebih berat atas apa yang dia jalani selama ini. Orang yang masih tidak serius menanggapi pernikahan ibarat anak kecil yang akan diajak rihlah oleh orang tuanya. Coba dibayangkan, orang tua (dewasa) yang akan mengajak anaknya rihlah justru repot menyiapkan perbekalan yang akan dibawa. Sedangkan anaknya? Santai, senang-senang saja.

2. Track Record hidupnya terbukti bermanfaat untuk banyak orang. Ia lebih suka mendahulukan kepentingan orang lain daripada dirinya. Mandiri. Orang lain merasa aman jika ada dekat dengannya.

3.  Yang menginginkan ia jadi istrinya banyak. Bukan karena lahiriahnya.Jika laki-laki ingin menikahinya karena ‘cantik lahir’nya, belum tentu si akhwat itu sudah siap menikah. Akhwat yang siap dinikahi matang dalam hal ilmu. Ia diibaratkan dengan durian yang matang dipinggir jalan. Banyak yang menginginkan untuk dipetik, jaminan rasanya manis. Tidak hanya satu yang menginginkan. Beda halnya dengan buah yang masih mentah, kulit hijau, namun bentuknya bagus, simetris. Adakah yang mau memetiknya? Dengan resiko perutnya bisa melilit atau keras jika memakannya. Laki-laki yang menginginkan akhwat yang sudah “matang” ini berarti juga sudah matang. Maka jika keluarga terbentuk dari dua sosok ayng sudah siap, maka maghligai keluarga samara bisa terbentuk.

Tipe-tipe akhwat:
1.  Seperti durian matang yang menampakkan warna dan baunya. Durian ini siap dinikahi. Kebermanfaatannya sudah terasa di banyak orang.
2.  Akhwat yang suka menunjukkan duri-durinya. Hingga durinya membuat orang tidak tertarik. Namun di dalam dirinya terdapat buah yang sangat manis dan lembut. Hanya orang tertentu yang bisa mengenali kematangannya.

  
Peristiwa lainnya:
Ikhwan yang sudah siap menikah mendapat istri yang tidak siap dinikahi. Masalah akan muncul di awal. Dan itu tidak menjadi masalah jika si ikhwan mengerti karena dia lebih siap menikah. Si ikhwan bisa lebih pengertian menghadapi sikap istrinya.
Namun sejatinya bukan berpikir agar ikhwan mana yang menikahi saya tapi berpikirlah bagaimana caranya agar saya siap dinikahi. Yang paling ideal adalah, keduanya siap menikah dan dinikahi.

Tanya jawab:
Jika ditanya atau dilamar, jangan memberi jawaban belum siap. Katakan bahwa kita belum ada rencana. Ini jawaban yang lebih jelas. Atau jawaban lain yang lebih jelas, misal: maaf say asedang konsentrasi studi atau kerja. Karena, jika memberi jawaban belum siap, si ikhwan akan bersedia menunggu dan ikhwan yang mau menunggu berarti bukan suami yang ideal.

Rabu, 08 Mei 2013

Hening di antara Bening dan Pening


Suatu hari si kakak diminta menjemput adiknya di sekolah. Setelah sampai ke sekolah, dicari-cari ternyata adik nggak ada. Udah di sms, ditelpon, ditanyakan ke temen-temen, tapi nihil. Akhirnya kakak pulang tanpa menjalankan amanah yang seharusnya. Sesampainya di rumah, adik protes dengan kakak dan mengadu pada ibu bahwa kakak tidak menjemputnya. Lantas ibu menegur si kakak.
Bagaimana sikap kakak seharusnya? Apakah ia harus membela dirinya dan menyalahkan adik?
Dari peristiwa di atas, kita belajar bagaimana menjadi hening ketika bening. Pada saat inilah dirikan diminta untuk mengkondisikan suasana. Apa itu suasana?

Suasana yang dipengaruhi oleh diri kita. Ibaratkan sistem dan lingkungan. Kita sebagai sistemnya, bukan sebagai lingkungan. Karena kitalah yang seharusnya memberi pengaruh pada orang lain bukan menjadi pribadi yang mudah dipengaruhi suasana.

Ibarat dua anak yang sedang berada di atas air berarus deras. Si A mengapungkan dirinya. Apa yang terjadi? Sangat mungkin terbawa arus. Si B dengan kuat tenaga mengusahakan dirinya untuk untuk berpatokan pada dasar air. Begitu juga seharusnya kita. Memiliki prinsip untuk berpijak pada kebeningan.
Orang membuang satu ember kotor ke dalam danau yang bening. Ap yang terjadi? Apakah danau itu lantas menjadi kotor? Tidak. Justru air yang kotor tidak mencemari air danau yang bening tadi. Danau yang bening justru mengubah air kotor tadi. Itulah pribadi yang kita idamkan.

Mendengarkan Al Quran, suasana bening atau pening? Semoga jawabanny adalah bening. Tapi
Ketika berada di stasiun (sambil membayangkan) terdengar berbagai macam bunyi-bunyian. Tapi ketika mendengar suara al Quran di sela-sela keramaian itu, sensitif gak? Merasa keheningan gak?
Tinggal di lingkungan kerja yang suasana tidak nyaman, penuh dengan kecurangan, kebohongan, dan sejenisnya. Pribadi yang bening merasa tidak betah. Memilih keluar? Bukan jalan keluar yang baik. Bisa merubah hal tersebut? Tidak, karena dia baru pegawai baru di sana. Apa upaya yang dilakukan? Melakukan yang terbaik, menunjukkan kredibilitas yang baik, tetap menolong orang lain yang sedang membutuhkan, intinya menjadi pribadi yang kuat, mampu mengendalikan nafsunya.

Orang disebut dewasa diukur dari sejauh mana dia mengendalikan nafsu. Nafsu ada yang baik dan disukai juga nafsu yang tidak baik.  Saat kecil ingin beli HP, tapi dibilang nanti kalo sudah besar. Ketika besar, Hpnya tidak sesuai trend masa kini dan kembali memohon pada orang tua untuk meminta dibelikan HP baru. Namun jawaban orang tua, “HP digunakan untuk sms dan telpon saja, tidak ada uang untuk membeli baru”. Bagaimana sikap si anak? Menerima atau memberontak?

Menjadi pribadi seperti Rasulullah yang bertahan di tengah kejahiliyahan.  Keteladanan bisa membuat pengaruh bagi lingkungan. 

Selasa, 07 Mei 2013

Menjadi Muslimah yang Istimewa yang berhak masuk SurgaNya


Kita semua berhak masuk surgaNya. Wanita muslimah istimewa? 
Apa yang istimewa? Dengan ridhoNya,  para muslimah menjadi istimewa. 

Q.S. Al Mujadilah, Istimewa Aqidahnya, mencintai Allah, mencintai RasulNya, mencintai agama ini jauh dari mencintai dirinya sendiri. Rasa cinta ini perlu dipupuk.  tidak Tidak hanya semangat memperbaiki akidah diri sendiri, tapi juga akidah keluarga, dan orang lain.

1. Tamyiz Qur’ani. Ummu Waraqoh, rumahnya penuh dengan catatan Quran, suara-suara Quran, murajaah, setoran hapalan, dan kegiatan Quran lainnya. Umar bin Khatab meninggal saat murajaah Quran, beliau menjadikan murajaah sebagai “password” sebelum memasuki rumahnya. Para sahabat mengukur jarak suatu tempat ke tempat lain sesuai berapa ayat dalam surat tertentu. Ummu Darda shalat Dhuha (dalam kondisi futur) selesai Al Baqarah. Bacalah Quran satu kali khatam dalam satu bulan.  Khawatir Al Quran dijadikan barang yang disia-siakan. Seorang muslim yang menyia-nyiakan Al Quran, tidak memiliki perasaan bersalah ketika tidak khatam 30 juz dalam 1 Bulan. Karena dia dzalim terhadap dirinya sendiri.
Ada 3 golongan manusia berdasarkan sikapnya terhadap Al Quran.
1.       Dzalim terhadap dirinya sendiri
2.       Golongan tengah
3.       Golongan yang berlomba-lomba terhadap kebaikan
Kebiasaan manusia, baru baca 3 halaman sudah sakinah (ngantuk) then sleepy, baru 5 lembar “ngobrol” dengan Allah sudah ngitung halaman, baru mau tilawah kalo ada tilawah jama’i.
Beberapa hafidz ketika ditanya, jawaban mereka adalah “waktu kecil ummi saya sering ngaji”. #Kesholihan seorang anak diperoleh dari kesholihan seorang Ibu..
Tidak boleh menganggap kecil kesalahan satu huruf pun, dho, ka, shod
SeMINIm muslim adalah 2 Juz. Ini baru tangga pertama. Pejabat publik kudu punya hapalan yang bisa mengalahkan jiwanya. Jiwanya ingin internet, ingin nonton TV, tapi ditundukkan hatinya oleh Allah.. Itu berkat hapalannya,

2. Tamyiz Ta’abuni, Istimewa dalam ibadahnya. Berkat Infaqnya, Qiyamulailnya, shalat berjamaah,

3. Tamyiz Akhlaqi,  bisa menahan amarah,
Allah tahu apa yang patut kita dapatkan dariNya.. menyendiri tidaklah melatih diri sendiri. Justru itu memutuskan ukhuwah kebaikan di dunia dan akhirat.

4. Tamyiz Ilmy, Istimewa dalam Ilmunya. Ditanya shirah, paham. Ditanya Fiqh, paham. Harus punya Tafsir Ibnu Katsir, Imam Bukhori, Kitab Riyadhus Sholihin, tsaqofah yang baik. #ingat kisah seorang anak yang dipanggil ibunya ketika sholat, namun dia tetap melanjutkan sholatnya. Hingga pada suatu hari difitnah oleh seorang perempuan yang hamil di luar nikah. Hingga anak yang dilahirkannya bisa bicara dan menyatakan kebenaran.

Kamis, 02 Mei 2013

Hidupku dan hidupmu berbeda


Hidup kita sebut seadanya. Ketika sholatku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah. Hasilnya akan sederhana. Kita akan masuk dalam satu ring dengan Allah. Maksudya, kita akan mendapatkan semua apa yang di sisi Allah karena Allah maha Mulia, Maha Kaya.
Hanya saja pada kenyataannya, Allah menguji keistiqomahan kita. Allah memberi ujian manis dan pahit. Jika mendapatkan manisnya dibalas dengan syukur. Sebaliknya ketika menemui pahit dihadapi dengan syukur. Banyak orang yang hidupnya dipermainkan oleh dirinya sendiri.

Terus instrospeksi diri.

Segera membuat keputusan hidup yang menjadi pegangan hidup kita. Harus ada keputusan. Contoh menjalani hidup dengan sabar.  Setiap orang kaya belum tentu disukai. Kaya bukan kebutuhan. Jadi jangan ambil keputusan untuk menjadi orang kaya saja. Yang dibutuhkan adalah dermawan. Kedermawanan tidak sekedar dalam hal uang. Namun juga dalam hal lainnya, sedekah waktu, misalnya. Orang yang menyedekahkan waktunya kepada orang lain di jalan Allah, maka Allah akan menggantinya dengan waktu yang lebih panjang, rasa capeknya hilang sehingga waktu untuk mengerjakan tugas jauh lebih mudah, rasa capeknya dihilangkan oleh Allah. Bahkan tidur 3 jam saja kualitas tidurnya sama dengan orang yang tidur 8 jam.

Sadari bahwa ada keputsan penting yang belum kamu ambil sehingga timbul masalah. Yakini jika kamu ambil suatu keputusan maka masalahmu bisa terselesaikan. 

Selasa, 29 Januari 2013

Like this Song "Terbang" by Ando


Pencipta : Ando
Arranger : Budi LVT & Indra
Artist : Ando featuring Ovin
Facebook : Riando Ando Corston

Lyric :
Verse 1
Tak ada yang tak mungkin selama masih bisa bernafas didunia,
Untuk tahu seberapa jauh kaki bisa melangkah
jangan kenal lelah, berjuang dengan tekad semangat pantang menyerah.
Injak Tujuh Benua, seberangi tujuh samudera.
Mencari ilmu belajar dan bersekolah.
Tak inginkah kau lihat senyuman bahagia dari dua bola mata kedua orang tua.

Awali dengan Mimpi,
Tegarkan jati diri,
Tuk jadi pribadi yang dapat mandiri,
Memang semua misteri kini dan esok hari.
Teruskan usaha, doa sampai saatnya nanti.

Bridge
Tak usah berpangku tangan lagi,
Tak susahkan orang lagi,
Kita hanya diberi hidup satu kali
Raih semua kesempatan mari berlari ketempat yang lebih tinggi.
REFF
Kubisa terbang karena kuyakin kubisa lewati semua
Kita kembangkan sayap dan rangkul dunia
Rasakan indahnya.

Verse 2
Bekerja keras bertekad kuat,
Jangan biarkan peluang terlewat,
Begitu saja dari sekarang persiapkan diri dan jadilah hebat.
Satukan visi visualisasi kan,
Susun misi matang dan rencanakan
Bergerak dan terus bergerak jangan pernah berhenti
Jangan tunda tunda lagi.
BRIDGE & REFF — with Riando Ando Corston.

Sukses Ukhrawi


Sukses Ukhrawi adalah suatu keniscayaan. Sukses dunia, ada. Hidup kita di dunia keseluruhannya adalah ukhrawi.  Ukhrawi dalam artian tiada satupun perbuatan kita yang tidak bernilai akhirat.

Mengingat lagi proses terjadinya manusia. Manusia terdiri dari jasmani dan rohani. Jasmani (jasad) "...Kholaqol insan min solsolin kal fakhor". Manusia terbuat dari sol-sol tanah kering. Tidak ada nilainya, hanya terbuat dari tanah. Allah tidak melihat jasad kita, tapi melihat ruh. Ketika kita berada di alam ruh, kita ditanya siapakah tuhanMu? Kita menjawab, hanya Allah, Laa ilahailallah... Setelah 4 bulan, manusia ditiupkan ke dalam jasadnya. Merasa tenang, bahagia dan damai. Asupan makanan diperoleh dari Ibu. Setelah 9 bulan terlahirlah seorang manusia. Muncullah tantangan pertama saat tali pusar diputus. Gangguan mulai berdatangan. Mungkinkah kita bisa pulang kembali dengan selamat?

Ilustrasi lain. Semula tinggal di rumah yang mewah, megah, bersih. Apalagi keluarga taat beribadah. Tetangga yang rajin beribadah ke masjid. Senang dan betah rasanya. Lalu tiba-tiba diminta untuk tinggal di rumah kumuh, banyak najis, binatang, tetangga yang tidak ramah, (tantangan). Tetangga yang suka dangdutan, minum bir, rokok (gangguan). Rindu-kah pada kehidupan semula?

Itulah ilustrasi bagi alam dunia dan alam ruh. Alam dunia ibarat kawasan kumuh yang sementara kita tinggali. Alam ruh sebagai tempat tinggal kita kelak. Indikator: Ketika diajak untuk ke akhirat merasa siap dan senang. Telah menyerahkan seluruh dunianya untuk akhirat. InsyaAllah bisa disebut Abdullah (hamba Allah). Sehingga doanya yang dia lantunkan pada Allah benar-benar dari ruhnya. Biasanya kebanyakan orang berdoa hanya dari lisan saja. Ketika doa kita menggunakan Ruh, InsyaAllah doa itu akan mustajab