Minggu, 23 Juni 2013

Aku dikucilkan?


Tanya:
Lebih tepatnya aku tidak dikaryakan. Tidak diberi kesempatan untuk melaksanakan apa yang seharusnya aku kerjakan. Tidak diberi ruang gerak.  Sehingga aku merasa tidak diakui. Mungkin karena aku tidak berpotensi di sana, atau memang ada perasaan pribadi yang tidak menyenangkan sehingga sengaja tidak patut ada kontribusi di sana.
Sedih. Merasa tidak dibutuhkan. Apakah aku bisa tetap berharap di sana? Atau apakah aku harus mencari ladang amal yang lain?

Jawab:
Harus berefleksi.. Mungkin saja dalam aktivitas kita bersama mereka (yang mengucilkan):
1.       kita tidak peka terhadap isu atau berita yang mereka bawa;
2.       Keberadaan kita tidak memberikan manfaat bagi mereka;
3.       Meski  kita peka, kita tidak memberi solusi yang solutif. Justru solusi yang kita usulkan adalah solusi yang tidak baik sehingga tidak bisa diterima;

Maka dari itu, mulai saat ini, kita mencoba untuk menyelesaikan masalah dalam diri kita terlebih dahulu dengan melakukan beberapa langkah berikut.
1.       Realistis. Akui bahwa kita memang tidak peka, atau tidak memberi manfaat bagi orang lain. Ketika kesadaran ini sudah dimiliki, ada baiknya ada meminta maaf terlebih dahulu kepada diri sendiri bahwa selama ini sudah tidak mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki, salah satunya perasaan untuk peka terhadap kondisi sekitar.
2.       Melihat situasi dengan baik. Ketika hati jernih, maka pikiran pun akan jernih untuk memutuskan tindakan apa yang sebaiknya dilakukan.  Saat dikucilkan, apakah kita akan semakin terpuruk dengan keadaan dengan mengekspresikannya dalam wujud emosi atau justru sebaliknya.
3.       Pahami kondisi orang lain. Terkadang kita terlalu egois. Ingin selalu diperhatikan namun tidak mau memberi perhatian pada orang lain. Inilah yang membuat orang lain perlahan-lahan menjauhkan diri dari kita. Ada saatnya kita harus toleran dengan kondisi orang lain. Ketika sudah bisa memahami kondisi orang lain, kita pun dengan sendirinya akan “menyehatkan” komunikasi dengan orang lain.
4.       Senyum. Senyum dapat mengubah mood. Semula marah bisa menjadi sayang. Berawal dari senyum. Ini akan membawa perasaan kita lebih baik. Senyum kita dapat menebarkan kedamaian kepada orang lain yang mungkin saat itu juga merasa “emosi”. Senyum adalah shadaqoh.
5.       Tidak terlalu cepat tersinggung atau merasa bahwa diri ini dikucilkan. Berpositif thingking aja.
6.       Lakukan sesuatu. Jangan biasakan diri ini hanya menghabiskan waktu dengan kegiatan yang percuma, misal merenung, ngelamun. Itu justru akan menambah perasaan sedih dalam diri. Aktivitas yang dianjurkan misalnya, silaturahim ke temen, nulis, baca. Kan lebih bermanfaat.
7.       Nyatakan perasaanmu pada teman. Nyatakan perasaanmu secara langsung dan ceritakan apa yang kita rasakan, bagaimana agar bisa diterima, minta penjelasan dari mereka apa yang menyebabkan mereka bisa bersikap mengucilkan kita, jelaskan mengapa kita ingin bersama dia di beberapa kesempatan. Penting: nyatakan ini dengan sopan pada situasi yang tepat.
8.       Dengarkan keluhan atau tanggapan dari orang lain. Menjadi pribadi yang terbuka tidak ada ruginya. Bisa jadi keluhan atau tanggapan yang disampaikan orang alin kepada kita adalah sebuah masukan yang sangat bermanfaat bagi diri kita untuk menjadi pribadi lebih baik. Kalopun orang tersebut menyatakan permohonan maafnya, tidak ada salahnya juga untuk memaafkan kesalahannya.
9.       Menjadi aktif dan susun sesuatu untuk dilakukan bersama. Sering bertemu atau melakukan pekerjaan bersama dapat meningkatkan kemampuan kita dalam berkomunikasi dan berkoordinasi. Kegiatan bersama, misalnya makan bareng, buat kegiatan sosial bareng, belanja bareng, dan sebagainya.  Dengan begitu hubungan kita dengan teman bisa semakin dekat. Kita pun semakin mudah untuk memahami karakter dalam diri mereka.
10.   Jika masih merasa terkucilkan, saatnya untuk meninggalkan pesan kepada orang yang bersangkutan. Jika masih merasa terabaikan, mungkin ini saatnya bagi kita mencari sosok komunitas lain yang bisa peduli dengan kita. Masih banyak orang di luar sana yang menanti kontribusi kita. 

Teman yang baik adalah teman yang mampu mengingatkan kita di saat lalai dan mendukung kita dalam kebaikan.

Tidak ada komentar: