Tanya:
Lebih tepatnya aku tidak dikaryakan. Tidak diberi kesempatan
untuk melaksanakan apa yang seharusnya aku kerjakan. Tidak diberi ruang gerak. Sehingga aku merasa tidak diakui. Mungkin
karena aku tidak berpotensi di sana, atau memang ada perasaan pribadi yang
tidak menyenangkan sehingga sengaja tidak patut ada kontribusi di sana.
Sedih. Merasa tidak dibutuhkan. Apakah aku bisa tetap
berharap di sana? Atau apakah aku harus mencari ladang amal yang lain?
Jawab:
Harus berefleksi.. Mungkin saja dalam aktivitas kita bersama
mereka (yang mengucilkan):
1.
kita tidak peka terhadap
isu atau berita yang mereka bawa;
2.
Keberadaan kita tidak
memberikan manfaat bagi mereka;
3.
Meski kita peka, kita tidak memberi solusi yang
solutif. Justru solusi yang kita usulkan adalah solusi yang tidak baik sehingga
tidak bisa diterima;
Maka dari itu, mulai saat ini, kita mencoba untuk menyelesaikan
masalah dalam diri kita terlebih dahulu dengan melakukan beberapa langkah
berikut.
1.
Realistis. Akui bahwa kita
memang tidak peka, atau tidak memberi manfaat bagi orang lain. Ketika kesadaran
ini sudah dimiliki, ada baiknya ada meminta maaf terlebih dahulu kepada diri
sendiri bahwa selama ini sudah tidak mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki,
salah satunya perasaan untuk peka terhadap kondisi sekitar.
2.
Melihat situasi dengan
baik. Ketika hati jernih, maka pikiran pun akan jernih untuk memutuskan
tindakan apa yang sebaiknya dilakukan. Saat dikucilkan, apakah kita akan semakin
terpuruk dengan keadaan dengan mengekspresikannya dalam wujud emosi atau justru
sebaliknya.
3.
Pahami kondisi orang lain.
Terkadang kita terlalu egois. Ingin selalu diperhatikan namun tidak mau memberi
perhatian pada orang lain. Inilah yang membuat orang lain perlahan-lahan
menjauhkan diri dari kita. Ada saatnya kita harus toleran dengan kondisi orang
lain. Ketika sudah bisa memahami kondisi orang lain, kita pun dengan sendirinya
akan “menyehatkan” komunikasi dengan orang lain.
4.
Senyum. Senyum dapat
mengubah mood. Semula marah bisa menjadi sayang. Berawal dari senyum. Ini akan
membawa perasaan kita lebih baik. Senyum kita dapat menebarkan kedamaian kepada
orang lain yang mungkin saat itu juga merasa “emosi”. Senyum adalah shadaqoh.
5.
Tidak terlalu cepat
tersinggung atau merasa bahwa diri ini dikucilkan. Berpositif thingking aja.
6.
Lakukan sesuatu. Jangan
biasakan diri ini hanya menghabiskan waktu dengan kegiatan yang percuma, misal
merenung, ngelamun. Itu justru akan menambah perasaan sedih dalam diri.
Aktivitas yang dianjurkan misalnya, silaturahim ke temen, nulis, baca. Kan
lebih bermanfaat.
7.
Nyatakan perasaanmu pada
teman. Nyatakan perasaanmu secara langsung dan ceritakan apa yang kita rasakan, bagaimana agar bisa diterima, minta penjelasan dari mereka apa yang
menyebabkan mereka bisa bersikap mengucilkan kita, jelaskan mengapa kita ingin
bersama dia di beberapa kesempatan. Penting: nyatakan ini dengan sopan pada
situasi yang tepat.
8.
Dengarkan keluhan atau
tanggapan dari orang lain. Menjadi pribadi yang terbuka tidak ada ruginya. Bisa
jadi keluhan atau tanggapan yang disampaikan orang alin kepada kita adalah
sebuah masukan yang sangat bermanfaat bagi diri kita untuk menjadi pribadi
lebih baik. Kalopun orang tersebut menyatakan permohonan maafnya, tidak ada
salahnya juga untuk memaafkan kesalahannya.
9.
Menjadi aktif dan susun
sesuatu untuk dilakukan bersama. Sering bertemu atau melakukan pekerjaan
bersama dapat meningkatkan kemampuan kita dalam berkomunikasi dan
berkoordinasi. Kegiatan bersama, misalnya makan bareng, buat kegiatan sosial
bareng, belanja bareng, dan sebagainya. Dengan
begitu hubungan kita dengan teman bisa semakin dekat. Kita pun semakin mudah
untuk memahami karakter dalam diri mereka.
10.
Jika masih merasa
terkucilkan, saatnya untuk meninggalkan pesan kepada orang yang bersangkutan. Jika
masih merasa terabaikan, mungkin ini saatnya bagi kita mencari sosok komunitas
lain yang bisa peduli dengan kita. Masih banyak orang di luar sana yang menanti kontribusi kita.
Teman yang baik adalah teman yang mampu mengingatkan kita di saat lalai dan mendukung kita dalam kebaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar