Jika ditanya usia berapa pantas
dikatakan siap menikah?
Usia bukan penentu siap atau
belumnya. Usia 24 tahun tapi kepribadiannya seperti usia 7 tahun, juga
dikatakan belum siap menikah. Kita berkaca pada ibunda Aisyah yang menikah
dengan Rasulullah pada usia 9 tahun. Namun pernikahannya diberkahi dengan bukti
banyaknya hadits Rasul yang diriwayatkan oleh Aisyah.
Lalu kepribadian macam apa untuk
dikatakan siap menikah?
Apakah jika sudah memiliki rekening
pribadi?
Apakah jika sudah memiliki mobil
pribadi?
Bukan, sekali-kali bukan. Menikah dilihat dari tujuannya.
Benar tapi tidak tepat dengan
tujuan disebut tidak tepat.. Tepat menikah sama dengan tepat pada tujuan. Harus
jujur pada diri sendiri apakah diri ini sudah siap atau belum untuk menikah. Jika
seorang akhwat menikah pada saat yang belum tepat, maka di kehidupannya akan
banyak menemukan beban. Bahkan mungkin sekali akan membebankan ikhwan yang
sudah siap.
Lalu apa sih tujuan dari menikah?
SAKINAH, MAWADDAH dan RAHMAH (Q.S. Rum:21)
Bukan mereka yang harus masuk ke
dunia kita. Terima mereka apa adanya. Itu salah satu kriteria kepribadian yang
siap menikah. Tidak usah memikirkan nanti menikah dengan siapa. Tapi fokus
untuk memperbaiki diri.
1.
SAKINAH
Pribadi yang
tenang adalah pribadi yang mampu menenangkan orang lain. Mendengar nama kita
saja sudah merasa tenang. Ibarat saat kita ingat nama Allah saja, dapat membuat
tenang. Jika kedua pihak berkripadian tenang, masalah bisa dihadapi dengna
tenang pula. Apa yang menyebabkan tenang?
Tidak menjadikan dunia sebagai
orientasi. Sebuah persahabatan yang disebabkan karena keinginan dunia, bisa
dipastikan persahabatan jauh dari ketenangan. Banyak kecewanya. Menkha jika mengharapkan
wajahnya, warna kulitnya, dan sebagainya berarti bisa disimpulkan bahwa ia
belum siap menikah. Melainkan ia jatuh cinta pada nafsunya.
2. MAWADDAH
Cinta. Beda
istilah dengan Mahabbah. Mahabbah bermakna ada unsur yang menyebabkan timbulnya
cinta terhadap apa yang dicintai, bisa berupa materi lahir.
Sedangkan
Mawaddah tidak berasal dari unsur manusiawi. Bermakna cinta kita kepada
seseorang yang menyebabkan orang yang kita cintai bisa melabuhkan cintanya pada
Allah SWT. Cinta bukan berdasar ketertarikan fisik, tapi justru cinta itu dapat
mendekatkan diri pada Allah
3.
RAHMAH
(kasih sayang)
Siapa
pribadi yang penuh kasih sayang? Pribadi yang melihat kekurangan orang lain
sebagai kesempatan baginya untuk melebihkan yang lain. Belajar sifat Allah yang
memiliki sifat kasih sayang. Kebencian Allah memiliki makna untuk memperbaiki
yang dibencinya. Allah, dalam bencinya
saja mengandung kasih sayang agar orang tersebut lebih baik sangat kuat kasih
sayangnya. Istri yang penuh Rahmah tidak akan mengeluh pada kekurangan yang
terdapat pada suaminya. Akhwat yang dikaruniai kecantikannya akan memberikan
kecantikannya dengan bersedia menikah dengan ikhwan yang berfisik biasa saja. Sekali
lagi, sebuah pernikahan bukan bergantung pada siapa pendampingnya. Melainkan pada
kepribadian dirinya endiri.
#Nasihat untuk diri sendiri dan orang lain
Glosarium:
ikhwan: dalam konteks ini, ikhwan bermakna laki-laki, pria, doi, dan sejenisnya. Bahasa asalnya akhi yang berarti saudara laki-laki.
Akhwat: dalam konteks ini bermakna perempuan, atau wanita. Beberapa orang memaknai sebagai wanita yang menjaga auratnya, shalihah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar